BOGOR - Aparat seolah membiarkan kesemwautan yang terjadi di pintu stasiun baik angkot yang seenaknya menurunkan penumpang juga para kaki lima yang memenuhi pelataran pejalan kaki .
Sejak pintu Stasiun Bogor dialihkan ke Jalan Kapten Muslihat, Kecamatan Bogor Tengah, kesemrautan di jalan protokol ini semakin menggila.
Bukan hanya angkot dan penumpang yang saling berebut di bibir jalan, tapi juga ratusan pedagang Kaki-5 menyerbu ke jalan ini.
Semula ratusan pedagang menggelar dagangan di sepanjang Jl. Nyi Raja Pernas, namun sejak pintu masuk dan keluar Stasiun Bogor dijadikan satu menghadap Jl. Kapten Muslihat, mereka ikut pindah. Sebagian masih bertahan dan mendesak PT KAI membuka kembali pintu Stasiun Bogor yang menghadap Jl. Nyi Raja Pernas.
“Dagang di Jl. Nyi Raja Pernas sepi pembeli. Omzet turun sampai 45 persen sejak pintu di jalan ini ditutup tiga bulan lalu. Jika tak ikut pindah bisa bangkrut,” kata Dadang, pedagang pakaian anak, Kamis. Serbuan pedagang di Jl. Kapten Muslihat ini meluber hingga ke bagian ujung kawasan pedestrian (pejalan kaki-red)
“Tolong pelaku ekonomi kecil. Kehadiran kami tak terpisahkan dari eksistensi stasiun sejak dulu yang tak langsung juga binaan PT KAI. Sebab itu buka kembali pintu di Jl. Nyi Raja Pernas,” ujarnya.
Penumpang KRL juga mengeluhkan kondisi ini. “Sekarang kita berebut jalan dengan angkot yang menjadikan Jl. Kapten Muslihat sebagai terminal bayangan,” kata Iwan, penumpang KRL. Sedangkan sejumlah sopir angkot mengaku bukan kemauan mereka menurunkan atau menaikan penumpang di kawasan ini. “Penumpang yang minta turun dan naik di kawasan ini lantaran dekat dengan pintu stasiun,” tutur Adi, sopir angkot trayek Bubulak-Baranagsiang.
Kesemraturan semakin menjadi-jadi setelah Jl. Mayor Oking masih di sekitar kawasan Stasiun Bogor menjadi menyimpit setelah disulap menjadi tempat parkir motor penumpang KRL. Parkir liar itu memakan badan jalan dan menjadi pemicu kemacetan.
Kepala Stasiun Bogor Darmin mengatakan, kondisi semraut atau parkir liar di luar Stasiun Bogor bukan wewenangnya. Menurutnya, kesemrautan di Jl. Kapten Muslihat itu tanggung jawab Pemkot Bogor. Begitupula pula dengan parkir di Jl. Nyi Raja Pernas. “Kami sudah menyediakan lahan parkir, tapi jika masyarakat memilih di luar stasiun itu hak mereka,” jelasnya.
Ketua Komisi C DPRD Kota Bogor Bambang Dwi Wahyono mengatakan penataan kawasan Stasiun Bogor menyimpang dari tujuan awal. Seharusnya, konsep penataanya satu kesatuan utuh dan peran PT KAI mampu mengurangi beban kesemratutan, Kaki-5 dan lain sebagainya. “Saat Stasiun Bogor dibenahi, masalah Kaki-5, parkir dan kekumuhan di kawasan itu bersih, tapi kini mumcul masalah baru setelah pintu dibuka di Jalan Kapten Muslihat, muncul persoalan baru. Ini yang sudah keluar dari konsep awal,” tandasnya. (Dung)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro