PEMRINTAH akhirnya menaikkan BBM dan yang terjadi timbul gejolak dan penolakan dari para Mahasiswa dan kaum buruh
sebab akan terjadi efek domino ditengah masyarakat harga pangan dan jasa meroket seperti tidak terkontrol oleh
pemerintah sementara data yang menerima subsidi didata ulang oleh Mendagri .
Hal ini akan menimbulkan carut marut baru dalam penerimaan BLSM dan ini harus menjadi pembelajaran yang sangat
berharga untuk Pemerintah.
Dan yang terjadi menjelang hingga saat pemerintah akhirnya memutuskan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM)
bersubsidi mestinya mampu membuat pemimpin bangsa ini belajar.
Belajar bahwa untuk menelurkan keputusan sulit yang langsung menyentuh sendi kehidupan rakyat banyak, pemerintah
harus punya landasan alasan di belakang keputusan tersebut. Tidak kalah penting, pemerintah mesti memiliki
kemampuan dan kepiawaian untuk menjelaskan alasan itu kepada publik.
Amat disayangkan kita tidak melihat kepiawaian itu setiap kali pemerintah berencana menaikkan harga BBM. Yang
tampak justru mereka lebih asyik beralasan, bukan menjelaskan alasan mengapa harga BBM harus dinaikkan.
Pemerintah tidak pernah terbuka soal berapa sesungguhnya biaya produksi dan distribusi BBM hingga menciptakan
harga jual ke konsumen yang mereka istilahkan dengan harga keekonomian. Pun mereka enggan menjawab mengapa setiap
tahun impor minyak dan impor BBM kita terus bertambah, yang ikut menyebabkan anggaran negara kita kepayahan.
Lalu bila anggaran terseok-seok, apakah solusi satu-satunya yang bisa dilakukan cuma menaikkan harga BBM? Nihilnya
keterbukaan informasi itu yang pada akhirnya turut menyumbang terjadinya gejolak di masyarakat setiap kali
pemerintah menaikkan harga BBM, termasuk hari ini.
Ada perbedaan persepsi yang tak jarang berujung friksi antara pengambil kebijakan dan publik akibat ketiadaan
semangat membuka informasi seterang-terangnya. Itulah pelajaran berharga pertama yang mesti diambil pemerintah
dari kemelut harga BBM.
Pelajaran kedua, pemerintah mestinya sadar bahwa kekarut-marutan soal BBM itu tidak akan terjadi bila sejak jauh
hari mereka serius mengembangkan program energi terbarukan sebagai alternatif dari energi fosil. Harus diakui,
sudah ada upaya-upaya ke arah itu, tetapi nyaris tanpa progres berarti.
Yang terjadi, selama ini rakyat tidak pernah diberikan pilihan konsumsi bahan bakar selain minyak. Namun, ketika
konsumsi itu makin meninggi, rakyat pulalah yang disalahkan karena dianggap boros dan tak hemat energi.
Kita menginginkan momentum ini dijadikan titik balik bagi pemerintah dan semua pihak yang terkait untuk lebih
memandang penting energi terbarukan selain minyak. Akan lebih baik bila energi dan pikiran kita dihabiskan untuk
mengembangkan energi terbarukan itu ketimbang habis untuk mengurusi gejolak-gejolak yang ditimbulkan politik BBM
yang salah kelola.
Akan tetapi, hal paling penting yang mesti dilakukan pemerintah sekarang ialah mengendalikan harga-harga kebutuhan
pokok pascapenaikan harga BBM. Dalam menghadapi situasi ini, kita berharap pemerintah tidak lagi mempertontonkan
sikap ragu-ragu seperti ketika ingin menaikkan harga BBM.
Jika harga kebutuhan pokok sudah terkungkung dalam situasi ketidakpastian, pemerintah mesti menyiapkan energi lagi
untuk menghadapi gejolak-gejolak baru di masyarakat.
Yang tak kalah penting, pemerintah harus betul-betul mengalihkan subsidi harga BBM ke subsidi lain yang lebih
produktif, seperti subsidi pendidikan, kesehatan, dan transportasi publik. Sebab, subsidi di Indonesia terhadap
pendapatan domestik bruto terbilang kecil jika dibandingkan dengan subsidi di sejumlah negara Asia Tenggara seperi
Malaysia, Thailand, bahkan Vietnam.
Pemerintahan di masa mendatang harus bisa mengambil pelajaran dari semua ini. Kasihan sekali bangsa yang tak bisa
mengambil pelajaran dari kesalahan pendahulunya.*****
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro